Dari dulu kala, sebetulnya para ilmuan telah Melacak kekuatan bencana alam, seperti gempa bumi dan gunung meletus dengan menggambarkannya kedalam grafik. Ini merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para ilmuan untuk menyimpulkan seberapa besaran magnitudo gempa tersebut akan terjadi. Dari pola-pola yang terjadi ini biasanya menunjukkan bahwa kekuatan gempa untuk dapat menghancurkan suatu wilayah sangat jarang terjadi dibandingkan dengan gempa-gempa yang berskala kecil.
Sebagai contoh, gempa bumi yang dapat menghancurkan biasanya berada di antara skala magnitudo 6,0 - 7,9 skala richter itupun sedikit sekali terjadi khususnya dinegara kita ini. tapi kalau gempa bumi yang berskala kecil, sangat sering sekali namun Kebanyakan gempa tersebut sangat lemah, sehingga orang-orang yang berada di daerah yang dilanda bencana alam ini, biasanya bahkan tidak merasakan getaran gempa sama sekali.
Namun, meskipun gempa itu kecil tapi masih bisa terdeteksi oleh alat sensor gempa yang sifatnya sangat sensitif. Oleh karena itu, Informasi ini sangat penting untuk dianalisa, ketika pemerintah melalui BMKG setempat hendak menghitung risiko yang ditimbulkan oleh gempa tersebut.

Namun, meskipun gempa itu kecil tapi masih bisa terdeteksi oleh alat sensor gempa yang sifatnya sangat sensitif. Oleh karena itu, Informasi ini sangat penting untuk dianalisa, ketika pemerintah melalui BMKG setempat hendak menghitung risiko yang ditimbulkan oleh gempa tersebut.
Penelitian Corlvaro Corral dan Alvaro Gonzalez
Fenomena karst

Setelah menganalisis data dari ribuan peristiwa dari masing-masing fenomena alam itu, kemudian para peneliti dapat menggunakan satu pola matematika yang sama untuk menggambarkan fungsi-fungsi yang berkaitan dengan frekuensi gempa tersebut.
dengan begitu, dari pengalaman-pengalaman penelitian itu dapat disimpulkan bahwa semakin sering bencana alam ini terjadi, maka semakin kecil pula kekuatannya.
Distribusi Lognormal
